Lingkaran kehidupanku selalu menyingkap kekuatan dan kelemahanku seperti pergantian musim demi musim. Dan aku percaya bahwa setiap musim menyimpan kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri (PiS, Agustus 2012, Green Forest Riau)

Kadang hanya satu yang kupilih, tapi harus dua bahu memikulnya (IvanS)

Jika aku pulang nanti.
Jika aku pulang nanti, maukah kau menerimaku, seperti laut menerima sungai-sungai betapapun keruhnya? (IvanS, 2011)

Kata-kata yg lahir lewat suara boleh jadi menjadi pemenang pertama, tapi hanya sekejap. Kata-kata yang lahir lewat tulisan mungkin saja menjadi pemenang terakhir, tapi jauh lebih abadi. (Ivans, 300911, “The Orator”)

Menuangkan cita-citaku agar menjadi nyata, masih seperti membeli mimpi yang dibayar dengan cinta. Bagaimanapun ketulusan dan doa yang terselip di sana masih saja keletihanlah yang selalu menang dan berkuasa padaku. (IvanS 17102011)

Seluruh pekerjaan itu seperti sungai, kalau mau, aku bisa mengimbangi arusnya, bisa melawan arusnya, bisa terikut arusnya ke hilir yang masih misteri atau bisa keluar saja melompat ke darat, hanya menonton atau mencari petualangan di arus baru. (IvanS)

Setiap orang punya jendelanya  masing-masing. Jika kau tidak punya jendela kayu jati di rumah mewah, setidaknya kau punya jendela kayu sengon di rumah sederhana. Jika tidak punya keduanya, setidaknya kau masih punya jendela  hati. (IvanS)

“Gantilah musimku!” Demikian pinta gersangku pada-Mu Tuhan, karena aku ingin menaman rumput hijau agar menjadi paru-paru baru bagi kemarauku (PiS 210212, “Terik”)

Musimku berjuang bukan hanya untuk mendapatkan kemarau atau hujan, tetapi agar jiwa tidak kering dan tidak juga tidak tenggelam. (Ivans, 300911, My book “Koma”)

Tuhan lebih suka rumah sederhana, kita tak usah membelinya karena sudah ada di hati kita (Ivans, 20-09-11, My book “Koma”)

Kumpulan Catatan Harian :
Catatan Lainnya :