Advertisements

Rayap yang dalam bahasa Inggris disebut white ants (semut putih), pada umumnya dikenal sebagai serangga yang mengakibatkan kehancuran seperti pepatah “bak kayu dimakan rayap”. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena dalam ekosistem alam, rayap juga merupakan serangga yang menguntungkan bagi manusia yaitu sebagai serangga pengurai (dekomposer) yang menguraikan sisa-sisa tanaman/kayu. Rayap memakan bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunannya seperti kertas. Selulosa merupakan senyawa organik yang keberadaanya melimpah di alam namun tidak dapat dicerna oleh manusia maupun organisme tingkat tinggi lainnya sedangkan rayap dengan mudah dapat mencerna senyawa ini karena dalam usus rayap terdapat parasit Trichonympha yang mengeluarkan enzim selulase yang dapat memecah selulosa menjadi D-glukosa (gula alami).

Rayap hidup dalam satu kelompok yang disebut koloni. Dalam setiap koloni rayap terdapat beberapa kasta individu yaitu kasta reproduktif yang disebut raja dan ratu yang bertugas untuk memproduksi telur, kasta prajurit yang bertugas menjaga sarang dan kasta pekerja yang bertugas mencari makanan, melayani sang ratu dan bertani jamur yang dijadikan sumber makanan selain kayu. Beberapa perilaku yang dimiliki oleh rayap antara lain:
a. Cryptobiotik yaitu sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya,
b. Trofalaksis yaitu saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesama individu
c. Kanibalistik yaitu memakan individu lain yang sakit atau lemas
d. Neurophagy yaitu memakan bangkai individu lainnya.
Ukuran tubuh rayap sangat kecil, Captotermes curvignatus memiliki ukuran tubuh kurang lebih 3 mm (Suhaendah dkk, 2007) sedangkan Microtermes berukuran 2.8 – 3.9 mm (Kalshoven, 1981). Kemampuan mensintesis selulosa menjadikan rayap sebagai hama yang sangat berbahaya pada tanaman perkebunan.
Tarumingkeng (1993), menyatakan bahwa rayap perusak kayu terpenting di Indonesia adalah:
1. Rayap subteran dan rayap tanah (family Rhinotermitidae dan Termitidae): Captotermes, Schedorhinotermes, Odontotermes, Macrotermes, dan Microtermes.
2. Rayap kayu kering (Famili Kalotermitidae): Cryptotermes.
Rayap tanah menyukai tipe tanah yang banyak mengandung liat dengan kelembaban tinggi, perkembangan optimum dicapai pada kisaran kelembaban 75-90% (Iswanto A.H, 2005).
Rayap mencapai sasaran serangan dengan beberapa cara seperti:
1. Obyek berhubungan langsung dengan tanah;
2. Rayap membangun pipa perlindungan dari tanah sampai obyek serangan;
3. Melalui celah, retak kecil misalnya pada dinding dan pondasi;
4. Menembus obyek-obyek penghalang seperti plastik, logam tipis dan lain-lain.
Rayap Yang Menyerang Tanaman Perkebunan
Pada tanaman perkebunan rayap dianggap sebagai hama yang sangat merugikan. Rayap dari famili Rhinotermitidae terutama dari genus Captotermes dan Schedorhinotermes yang paling banyak merusak tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan jambu mete. Jenis rayap yang umum menyerang tanaman perkebunan adalah rayap subteren. Rayap subteren hidup didalam tanah yang mengandung bahan kayu yang telah mati atau membusuk dan tunggak pohon yang masih hidup maupun yang sudah mati. Golongan rayap subteren bersarang dalam tanah dan memerlukan kelembaban yang tinggi namun dapat mencari makan sampai jauh diatas tanah. Rayap dapat mencapai sumber makanannya dengan cara membuat terowongan atau liang-liang kembara yang terbuat dari tanah. Tanaman perkebunan yang terserang rayap ditandai dengan adanya terowongan rayap dipermukaan batang yang mengarah ke atas.

Rayap Pada Tanaman Kelapa Sawit
Rayap Captotermes curvignatus merupakan hama utama pada tanaman kelapa sawit di lahan gambut (Yohanes D.J, dkk.). Rayap menyerang di pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Keberadaan rayap berawal dari pembukaan lahan yang kurang bersih sehingga ketika lahan ditanami kelapa sawit rayap menjadi hama yang sangat merusak.
Rayap menyerang kelapa sawit dari dalam tanah langsung mengebor bagian tengah pangkal batang hingga terbentuk rongga dan bersarang didalamnya. Rayap pekerja menggerek dan memakan pangkal pelepah, jaringan batang, akar dan pangkal akar, daun, serta titik tumbuh tanaman kelapa sawit. Serangan ringan ditandai dengan adanya terowongan pada permukaan batang. Tanaman kelapa sawit dikategorikan terserang berat apabila serangan rayap sudah mencapai titik tumbuh (umbut) yang dapat mengakibatkan tanaman mati.
Rayap Pada Tanaman Karet
Rayap yang menyerang tanaman karet adalah dari kelompok Microtermes inopiratus, Captotermes curvignatus. Pada umumnya rayap menyerang tanaman karet dari akar yang mati serta pangkal kayu yang ada disekitar batang karet. Serangan rayap seringkali dijumpai pada tanaman yang sudah terserang penyakit jamur akar putih (JAP) sehingga keberadaanya mempercepat kematian tanaman (Judawi dkk, 2006).

 Rayap menyerang tanaman karet dengan cara menggerek batang dari ujung daun sampai ke akar dan memakan akar.

Rayap Pada Tanaman Jambu Mete
Serangan rayap pada tanaman jambu mete dapat mengakibatkan batang patah/rebah. Tanaman yang terserang C. curvignatus secara kasat mata terlihat masih hidup namun sebenarnya tidak memiliki kekuatan untuk menahan tiupan angin kencang sehingga mudah tumbang. Pada tanaman jambu mete rayap menyerang di pembibitan yang mengakibatkan biji tidak bertunas atau tidak tumbuh (BPT Situbondo, 2009). Di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara dilaporkan serangan rayap pada jambu mete mencapai sekitar 30% (Indriati G dan Khaerati, 2010).
Pengendalian
Sebelum melakukan tindakan pengendalian perlu dilakukan pengamatan diareal pertanaman yang menunjukkan gejala serangan. Usaha pengendalian dapat dilakukan berdasarkan beberapa aspek biologi rayap misalnya sifat trofalasis rayap dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyebarkan jamur entomopatogen atau nematode yang berpotensi mengendalikan perkembangan rayap. Pengendalian rayap pada tanaman perkebunan sebagai berikut:
1. Kultur Teknis
Sanitasi di areal perkebunan dengan cara membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru;
Membuat saluran drainase untuk menjaga kelembaban tanah
2. Pengendalian hayati
Beberapa jamur entomopatogen telah banyak dikembangkan untuk mengendalikan hama rayap antara lain Beauveria bassiana, Aspergillus sp., Metarhizium anisopliae, Fusarium sp, dan Myrothesium sp., dengan cara penyemprotan. Karena sifatnya yang kanibal maka rayap yang telah mati akibat terinfeksi oleh jamur akan dimakan oleh rayap lainnya yang masih sehat, akibatnya rayap tersebut ikut terinfeksi dan mati.
3. Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan dengan teknik pengumpanan menggunakan insektisida berbahan aktif hexaflumuran yang dapat menghambat sintesa khitin yang menyebabkan kegagalan proses pergantian kulit rayap. Umpan gulungan kertas tisu yang telah dicelupkan ke dalam larutan hexaflumoran diletakkan dalam perangkap yang ditanam dalam tanah dan ditempatkan pada titik-titik jalur lalu lalang rayap. Rayap yang sudah terkontaminasi oleh hexaflumuran tidak langsung mati akan tetapi menyebarkannya kepada rayap lain karena rayap memiliki sifat trofalaksis.

Oleh: Eva Lizarmi, SP

Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Jambu Mete Budidaya dan dan Perbanyakannya. http://bptsitubondo.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 Maret 2012.
Diba, Farah dan Dodi N. 1999. Pengujian Laboratories Keampuhan Umpan Hexaflumuron Terhadap Rayap Tanah Captotermes curvignatus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae). Prosiding Penelitian Hasil-hasil Penelitian Bidang Ilmu Hayat. IPB. Bogor.
Iswanto A.H. 2005. Rayap Sebagai Perusak Kayu dan Metode Penanggulangannya. e-USU Repository.
Indriati G dan Khaerati. 2010. Hama Jambu Mete Di Muna, Kendari, Sulawesi Tenggara. http://gindriati.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Maret 2012.
Judawi, S.D dkk. 2006. Pedoman Pengendalian OPT Tanaman Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Kalshoven. 1981. The Pests of Crops In Indonesia.PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.
Tarumingkeng, R.C. Biologi dan Perilaku Rayap. http://rudyct.com. IPB. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012.
Yohanes D.J, dkk. 2009. Pengendalian Hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros dan Rayap (Captotermes curvignathus) di Asian Agri Group. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. PPKS.

Sumber :  http://ditjenbun.deptan.go.id

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

Salah satu penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit serta berpotensi mengurangi produksi hingga 25% pada tanaman berusia 3–9 tahun adalah busuk tandan kelapa sawit, atau buah sawit busuk sebelum masak (Siregar, 2011) Penyebab buah sawit busuk sebelum masak dapat bervariasi dan melibatkan beberapa faktor. Berikut beberapa alasan umumnya: 1. Penyakit: Beberapa […]

Advertisements Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit terbesar di dunia, sebagai salah satu negara yang subur dan kaya akan sumber daya alam maka saat ini begitu banyak hutan-hutan di Indonesia yang beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, mulai dari perkebunan sawit tingkat masyarakat maupun perusahaan saat ini sedang gencar dalam melakukan […]

Gajah banyak di Sumatera

Landak

Rayap Advertisements 08Sep2012No Comments Rayap pekerja jenis ini biasanya merusak akar, batang dan pangkal pupus terutama pada tanaman muda di lahan gambut. Rayap pekerja berwarna putih, panjangnya 5 mm. Rayap tentara panjangnya 6-8 mm, memiliki kepala besar dan rahang yang kuat. Ratu dapat mencapai panjang 50 mm. Jenis ini […]