Advertisements

Durban, Afrika Selatan, (ANTARA KL) – Malaysia masih mempelajari metode terbaik untuk budidaya kelapa sawit di lahan gambut dan jenis lahan lain yang dapat dimanfaatkan, kata Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas, Tan Sri Bernard Dompok.

“Penelitian ini belum selesai. Kami telah melakukan banyak pekerjaan pada masalah ini untuk menunjukkan bahwa kita memiliki industri yang peduli dan perhatian kepada semua orang,” katanya dalam menjawab pertanyaan tentang lahan gambut yang digunakan untuk mengolah kelapa sawit.

Dia berbicara di sebuah diskusi panel tentang Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Praktek Berkelanjutan, diselenggarakan oleh Industri Kelapa Sawit di Malaysia, Senin.

Diskusi diadakan di sela-sela Konferensi Partai ke-17 Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, yang lebih dikenal sebagai COP17.

Sementara itu, Dewan Promosi Minyak Sawit Malaysia CEO Tan Sri Dr Yusof Basiron menekankan, bahwa kelapa sawit bukan satu-satunya tanaman yang dibudidayakan di lahan gambut.

“Dunia memiliki lebih banyak lahan gambut untuk budidaya. Di Belanda, mereka menggunakan banyak lahan gambut untuk pertanian. Tapi tidak ada keluhan mengenai bunga mereka ditanam di lahan gambut.

“Saya tidak akan minta maaf untuk lahan gambut yang dikembangkan, dalam arti bahwa, ini adalah bagian dari pembangunan di negara berkembang seperti Malaysia,” tambahnya.

Ia juga mengatakan lahan gambut hanya enam persen dari 4,85 juta hektar lahan kelapa sawit di Malaysia.

Dia mengatakan untuk negara berkembang, melepaskan 20 juta ton gas rumah kaca setiap tahunnya bukan masalah besar.

“Industri penerbangan mengeluarkan emisi lebih dari 600 juta ton per tahun, namun tidak ada yang mempertanyakan ini.

“Saya memiliki cukup dana konservasi dan pembangunan berkelanjutan untuk membantu mengembangkan penelitian untuk mengatasi berbagai isu yang diangkat, tapi terlihat seperti kita sedang berfokus pada tingkat mikro,” tambah Yusof.

(AB/ANTARA/Bernama)

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

JAKARTA – Manajer Program Hukum dan Masyarakat Epistema Institute, Yance Arizona mengutarakan, eksistensi masyarakat adat sangat perlu diakui negara. Bahkan, tak cukup hanya pengakuan. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012 dilapanagn faktanya masih banyak terjadi pengabaian terhadap hak-hak masyarakat adat. Yance menyatakan, kalau sebelumnya hutan adat adalah hutan negara, setelah putusan MK 35/2012, hutan adat adalah […]

Advertisements Medan – Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengatakan proses eksekusi lahan sawit milik pengusaha DL Sitorus seluas 47 ribu ha di Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, sudah selesai. Kejaksaan Agung sudah menyerahkan lahan tersebut kepada Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. “Perkara DL Sitorus menyangkut barang bukti seluas 47 ribu ha sudah diserahkan secara […]

KOTA KINABALU – Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi, Datuk Ewon Ebin mengatakan, salah satu dari tiga proyek yang memanfaatkan minyak sawit atau biorefinery di Sabah dan Sarawak, telah disetujui oleh komite Bioeconomy Transformation Programme (BTP). Genting Plantations Berhad bakal berkolaborasi dengan Elevance Renewable Sciences, sebuah perusahaan kimia asal Amerika Serikat, untuk membangun biorefinery. Seperti tulis […]

Advertisements Amerika Serikat – Merujuk laporan Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan dunia, Forest Heroes, menuding perusahaan sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bertaggung jawab terhadap kerusakan hutan tropis. Sebelumnya PT Astra Agro Lestari Tbk telah berjanji tidak bakal membangun perkebunan kelapa sawit di hutan tropis, tetapi Forest Heroes menganggap janji PT Astra Agro […]

HERSHEY – Perusahaan Hershey, April 2015 melaporkan hasil penggunaan bahan baku dari sumber minyak sawit berkelanjutan, yang didukung lewat kerjasama strategis dengan The Forest Trust (TFT). Tercatat Harshey, telah menggunakan minyak sawit berkelanjutan sebanyak 94% dari semua pabrik yang menggunakan minyak sawit secara global. Kabarya Harshey, sedang melakukan pemetaan rantai pasok hingga ke perkebunan, yang […]