Oleh H. Harmoko

BULO, apa itu? Badan Usaha Lorong. Digagas oleh Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Danny Pomanto, program ini mewarisi nilai-nilai koperasi yang dijalankan dengan prinsip kekeluargaan dan kebersamaan. Saatnya perkoperasian di Indonesia bangkit.

Lewat program itu, masyarakat diarahkan untuk bersuka rela bekerja sama menyemai bibit cabai, menanam, merawat, hingga memanen hasilnya. Sudah 700-an BUlo tersebar di lorong-lorong Makassar, beberapa di antaranya telah panen perdana. Hasilnya dinikmati oleh petani setempat.

Sebagaimana bisa kita simak di media massa, BULo sebagai gerakan koperasi beranggotakan masyarakat lorong. Program ini merupakan kelanjutan dari program Longgar (Lorong Garden). Masyarakat yang telah sukses mengubah wajah lorongnya menjadi Longgar pun menanam cabai vertikal di lorong-lorong.

Pemkot setempat melalu dinas teknisnya menyediakan bibitnya. Cabai hasil panen kemudian dibeli oleh Pemkot Makassar. Uniknya, 30% dana dari hasil penjualan cabai itu ditabung dalam bentuk deposito pendidikan anak lorong, sehingga anak-anak dapat mengenyam pendidikan hingga ke bangku perguruan tinggi.

Selain itu, yang 30% digunakan untuk mengembangkan UKM. Harapannya, UKM yang bertumbuh pesat dapat menjanjikan peluang usaha bagi warga untuk menekan angka pengangguran. Sedangkan yang 40% dikembalikan kepada warga, bisa untuk konsumsi rumah tangga atau untuk memenuhi kebutuhan lainnya.

Program itu mampu membangkitkan perekonomian kerakyatan di Indonesia, selain sebagai gerakan multi efek untuk menekan laju inflasi. Jauh sebelum harga cabai naik tak terkendali, Walikota Makassar menggagas penanaman cabai di lorong-lorong. Tiga bulan kemudian, hasilnya terbukti bisa menekan inflasi.

Oleh karena itulah, tidak salah ketika pemerintah menunjuk Makassar sebagai tuan rumah peringatan Hari Koperasi Nasional, 12 Juli kemarin. Agenda Harkopnas 2017 berlangsung hingga 16 Juli, berupa serangkaian ekspo koperasi nasional dan internasional.

Di tengah tata kelola ekonomi nasional yang liberal, Badan Usaha Lorong tentu sangat menginspirasi perlunya menghidupkan kembali sistem koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. BULo adalah bukti bahwa koperasi bisa menggerakkan perekonomian masyarakat.

Beberapa tahun lalu, di Wonogiri, Jawa Tengah, juga digalakkan program koperasi simpan pinjam pada setiap RT. Setiap RT di Wionogiri wajib memiliki badan usaha koperasi. Para anggota baik yang kaya maupun yang kurang mampu wajib meminjam. Dengan begitu, perputaran keuangan koperasi pun tumbuh. Entah bagaimana nasibnya koperasi itu, lama tidak terdengar lagi.

Dari waktu ke waktu, tata kelola koperasi di Indonesia selalu menghadapi pasang surut. Data di Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, jumlah koperasi di Indonesia sebenarnya mencapai 212 ribu, tetapi yang aktif hanya 52 koperasi.

Dalam kondisi seperti itu, di tengah sistem liberal, bagaimana koperasi bisa menjadi soko guru perekonomian nasional? Karena itulah, kita membutuhkan orang-orang kreatif seperti Walikota Makassar itu, agar koperasi bisa benar-benar hidup untuk mengangkat kesejahteraan rakyat. Selamat berjuang! ( * )

Advertisements

Artikel Terkait Lainnya

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan stok pangan aman untuk menghadapi Ramadan dan Idul Fitri tahun ini. Selain itu, harga pangan juga dipastikan tidak akan menekan konsumen. Demikian disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi  dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 yang diselenggarakan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (13/5/2019). “Kami telah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga […]

BEKASI  – Harga sembako galam kelompok bumbu dapur cenderung masih tinggi alias mahal. Hal ini terdapat pada golongan bawang yaitu bawang putih kating yang bertahan sebulan belakangan ini Rp60 ribu/kg. Sedangkan bawang putih banci atau biasa hanya Rp45 ribu/kg. “Saking mahalnya bawang putih kating nggak dijual. Adanya banci. Siapa yang mau beli. Emak-emak pada teriak […]

SUKABUMI – Harga komoditi cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Sukabumi, Jawa Barat turun. Dari harga pekan lalu Rp24 ribu per kilogramnya turun Rp6 ribu, kini Rp18 ribu. Penurunan juga dialami harga komoditi cabai rawit merah sebesar Rp4 ribu. Kini harganya Rp28 ribu dari sebelumnya Rp32 ribu per kilogramnya. Begitupun bawang putih impor, […]

JAKARTA – Pedagang ketoprak sejak seminggu belakangan mengurangi takaran bawang putih untuk sepiring dagangan yang dijualnya. Hal itu dilakukan lantaran harga bumbu dapur ini terus meroket sehingga membuat mereka teriak. Slamet, 41, pedagang di wilayah Jatinegara yang mengaku harus sedikit mengurangi takaran bumbu. Pasalnya, harga bawang putih dinilai sudah sangat tinggi dan membuatnya kebingungan. “Beli […]

JAKARTA – Lahan kosong milik Kebun Bibit Pertanian di Jalan Aselih, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan milik Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta yang kosong dimanfaatkan untuk ditanami sayur-sayuran. Ini dilakukan selain mengantisipasi diserobot orang juga untuk menambah perekonomian masyarakat. Fatmawati, 52,warga RW 05 Ciganjur mengaku senang bisa memanfaatkan lahan kosong ini. Sebab […]